Friday, April 24, 2015

Perjalanan Menaklukan Diri ke Kerinci

Mencumbu Sang Indrapura, Puncak Gunung Kerinci (3805 Mdpl)

Tanah Tertinggi di Pulau Seribu Bukit, Sumatera

          Tulisan ini adalah catatan perjalanan saya, menaklukan diri untuk berdiri di puncak gunung Kerinci. Gunung Kerinci mempunyai ketinggian 3805 Mdpl termasuk dalam daftar tujuh puncak tertinggi Indonesia yang merupakan gunung berapi tertinggi di Sumatera dan Indonesia. Gunung kerinci  gunung tertinggi kedua setelah Puncak Jaya (cartenz) di Papua. Kerinci merupakan gunung tinggi  ketiga yang saya daki, setelah dua gunung tinggi lainnya yaitu Semeru dan Rinjani. Dan saya memiiliki pengalaman yang luar biasa di pendakian saya kali ini.

Day 1
Senin  6 april 2015, saya bertemu dengan seorang teman, di bandara Soekarno Hatta. Kami sering melakukan perjalanan bersama. Entah berapa kali, dari tahun 2010 silam. Pesawat yang kita tumpangi akan take off pukul 14.00 WIB. Kami menumpangi pesawat yang sering sekali delay. Beruntung cuma delay beberapa menit dari waktu semula. Pukul 16.00 WIB kami keluar dari bandara Minangkabau di Padang. Sebelumnya kami sudah memesan travel yang akan mengantarkan kita ke Kerinci. Karena teman saya ini sudah lama tinggal di padang, makanya dia hafal betul setiap jengkal seluk beluk kota ini. Kita menunggu di Pol travel tersebut. Travel yang kami tumpangi jurusan Padang - Sungai Penuh akan berangkat pukul 19.00 WIB. Kami akan singgah ke Sungai Penuh, tempat kawan kami, yang akan mengantar dan menemani pendakian kami. Saat perjalanan ke Sungai Penuh, ternyata kita melewati Desa Kersik Tuo, tempat pendakian ke Gunung Kerinci, tapi tujuan kami ke Sungai Penuh. Pukul 3.30 petang kita sampe di Pol travel ini yang ada di Sungai Penuh Jambi. Sebenarnya kita bisa meminta travel itu untuk ke alamat rumah kawan kita di Sungai Penuh, tapi karena kesalahan komunikasi kami dengan supirnya, kami diberhentikan di tempat terakhir, atau di pol travel tersebut. Kawan saya sudah menelpon kami, lalu dia menjemput kami. Ternyata rumahnya sangat dekat dengan Pol travel tersebut.

Day 2
Selasa 7 April 2015. Setelah kami istirahat di rumah kawan, Kami memulai mempersiapkan untuk perjalanan panjang pendakian. Temen saya belanja logistik dengan kawan dari jambi. Pukul 12.30 WIB, kita berempat, saya, temen saya dan dua kawan dari Sungai Penuh bernagkat ke Base Camp Pendakian Kerinci, di desa Kersik Tuo, Kayu Aro Kabpaten Kerinci. Rencana kita akan berangkat sore ini, jam 14.00 dan akan menginap di Shelter 1. Tapi kondisi alam dan kesalahan informasi yang kita dapat tentang pembukaan Jalur pendakian ke Gunung Kerinci, mengakibatkan kita harus menginap semalam di Base Camp Kerinci. Rencana pendakian 3 hari 2 malam kami gagal. Tapi itu tidak menyulutkan semangat saya untuk tetap mendaki Kerinci

Day 3
Rabu 8 April 2015. Semalam kita menginap di Base Camp Kerinci. Saya mendapat informasi banyak tentang pendakian ke Kerinci, bagaimana jalur trackingnya, kondisi alam dan mitos-mitos yang sering terjadi di Gunung Kerinci. Saya juga mendapat kawan baru, seorang pendaki dari Jakarta, yang sangat berani. Dia berniat mendaki Kerinci seorang diri padahal sebelumnya dia belum mendaki ke gunung ini. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajaknya bergabung. Pagi itu Kerinci cerah. Nampak berdiri dengan kokohnya Gunung Kerinci diantara perkebunan teh milik PT PN VI. Perkebunan teh ini merupakan perkebunan teh terbesar di Asia Tenggara. Namun sayangnya cuma beberapa orang Indonesia aja yang bisa mencicipi kenikmatan teh Kayu Aro ini. Karena hasil pengolahan teh ini diekspor ke luar negeri.

          View Kerinci dari depan Base Camp

Pukul 07.00 pagi kami berlima memuali pendakian kita dari base camp. Melintasi kampung warga dan perkebunan teh yang terhampar hijau sepenglihatan mata. Tak lupa berhenti di Simpang Tugu Macan yang merupakan ikon dari Gunung Kerinci ini. 

Simpang Tugu Macan
Perjalanan kami lanjutkan, sering kali berjumpa dengan para petani yang akan berangkat ke kebun di sekitar kaki gunung.
Kegiatan Warga di Kaki Gunung Kerinci di Pagi Hari

Setelah berjalan hampir 1,5 jam, tibalah di Pintu Rimba, yang merupakan gerbang menuju jalur pendakian Gunung Kerinci. Pukul 8.30 kami tiba di depan Pintu Rimba, disambut dengan sekawanan kera merah dengan suara kasnya. Dalam batin berkata, "baru di depan Pintu Rimba aja sudah disambut kera, bagaimana perjalanan nanti?". Tapi saya sudah bertekad untuk melanjutkan pendakian ini. Kami berhenti sejenak, untuk sarapan pagi dengan nasi yang telah kita bawa dari base camp, dengan lauk khas ranah Minang yaitu daging balado. Pukul 09.00 setelah makan dan kami berdoa supaya pendakian diberkahi dan membawa manfaat bagi kami semua, serta selalu dalam lindungan Tuhan. Perjalanan pendakian ke puncak Kerinci kami mulai.

Pintu Rimba


Pintu Rimba - Pos 1 (Bangku Panjang) 30 menit
Perjalanan ke pos 1 ini melewati hutan tropis yang masih lebat. Vegetasinya masih terjaga. Jalur trackingnya landai. Tapi medan berlumpur dan masih banyak genangan air hujan. Karena musim hujan masih sering terjadi pada bulan April tahun ini. Selama berjalan 30 menit akhirnya sampai di Pos 1. 

Pos 1 - Pos 2 (Pondok Lumut) 20 menit
Sama seperti jalur sebelumnya jalur ke pos 2 juga masih terbilang landai dengan vegetasi yang cukup terjaga dan jalur yang licin serta becek dan penuh genangan. Di pos ini, terdapat sumber mata air. Kami berhenti untuk mengisi persediaan air. Dari pos 1 ke pos 2 kami berjalan selama 20 menit.

Pos 2 - Pos 3 (Pondok Panorama) 1 jam
Masih melewati tracking yang landai tapi lebih panang. Di pos ini kami bertemu sesama para pendaki lain yang sedang mendaki ke kerinci. Alhamdulillah ternyata kami berlima bukan satu-satunya kelompok pendaki. Tidak jarang di Pos 3 ini kami bertemu hewan pengerat seperti tupai. Setelah istirahat sejenak. Pukul 11.00 kami mulai berjalan lagi.

Pos 3 - Shelter 1 ( 1 jam 30 menit)
Gerimis mulai menemani langkah kaki. Jalur ke Shelter 1 ini sudah mulai naik. Berbeda dari tracking sebelumnya. Di shelter 1 ini sangat lapang dan luas. Biasanya pada waktu pendakian lagi ramai, sering sekali
 pendaki bermalam dan mendirikan tenda disini. Kami berhenti di Shelter 1. Mengeluarkan makanan dan menjalankan sholat. Setelah selesai, tepat pukul 13.00 kami melanjutkan pendakian.

Shelter 1 - Shelter 2 (3 jam 30 menit)
Jalur sudah mulai naik, medan bertambah licin dan jalur yang didominasi oleh tanah yang berlumpur menambah berat perjalanan. Perjalanan ke shelter 2 ini sungguh menguras tenaga dan menghabiskan banyak stamina. Dan saya rasa ini bukan mendaki gunung lagi, tapi sudah memanjat pohon. Karena sering kali kita berjalan dengan bergelantungan pada akar pohon.

Jalur ke Shelter 2

Tanjakan tanpa bonus, ditambah hujan yang semakin lebat. Membuat kaki saya tiba-tiba "Kram". Bekas cidera waktu berolahraga futsal saat bertabrakan dengan teman. Kedua kaki saya tidak bisa bergerak. Sementara tidak ada tempat yang datar untuk meluruskan kaki. Alhasil saya berhenti di akar-akar pohon. Jalur ke shelter 2 ini sungguh tantangan terberat bagi saya dengan kondisi kaki seperti ini.

Ekspresi kelelahan seorang temen 

Setelah berhenti, dan kondisi kaki berangsur membaik, meskipun belum pulih 100%, saya mencoba melanjutakan pendakian dengan jalur yang semakin curam naik tanpa bonus. Hanya bermodal semangat dan keyakinan bahwa "Aku bisa" yang selalu saya camkan dalam hati. Akhirnya sampai di Shelter 2. Jam menunjukkan pukul 16.30. Kondisi cuaca masih hujan, meskipun sudah sedikit reda. Tapi tenaga sudah habis. Rencana awal akan bermalam dan mendirikan tenda di Shelter 3 kami tunda, dengan berbagai pertimbangan. Akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda di shelter 2. Kebetulan disini, kami juga mendapati teman pendaki yang bertemu di jalur sebelumnya sudah mendirikan tenda. Di shelter 2 ini, juga terdapat sumber air, jadi untuk cocok bermalam juga.

Day 4
Setelah istirahat semalam, Alhamdulillah kondisi tubuh dan stamina kembali. Kaki yang semalam saya balsemin dengan resep dari dokter yang selalu saya bawa. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan summit di hari ini. Alarm berbunyi, salah satu temen yang setenda bangun, dia mengatakan sudah pukul 02.00. Dengan mata yang masih sayup - sayup, ditambah angin yang kencang dan udara dingin menambah berat untuk bangun. Saya menyiapkan makan sebagai sumber energi agar tidak kelaparan dan lebih bertenaga saat pendakian. Jam menunjukkan pukul 04.00, semua kebutuhan, seperti air minum secukupnya, cemilan coklat dan sedikit makanan yang mengandung karbohidrat telah saya masukkan ke dalam tas kecil. Tidak lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen di perjalanan menuju puncak. Setelah melakukan gerakan ringan dan pemanasan. Kami semua berdo'a, agar selalu diberi perlindungan dan keselamtan oleh Tuhan. Beruntung, cuaca cerah, hujan yang mengguyur kami semalam sudah reda, bintang sudah kembali terlihat meskipun tidak seterang yang pernah saya lihat sewaktu di Rinjani atau Semeru. Setidaknya cuaca bersahabat.

Shelter 2 - Shelter 3 ( 1 jam)
Dengan stamina dan kondisi tubuh setelah beristiraht semalam. Kami bisa melakukan perjalanan dari shelter 2 - shelter 3 dengan waktu tempuh 1 jam. Itupun karena kami tidak membawa keril dan beban lebih karena kami tinggal di tenda. Jalur trackingnya hampir sama dengan tracking dari shelter 1 menuju shelter 2. Kami juga merayap dan bergelantungan menaiki akar - akar pohon. Ternyata keputusan kami untuk bermalam di shelter 2 tidak salah. Karena jika kami paksakan untuk bermalam di shelter 3 dengan kondisi tubuh yang sudah melemah, ditambah lagi dengan medan yang berat. Pasti berakibat fatal. Jam menunjukkan pukul 05.00 di tanggal 9 april 2015. Kami berhenti sebentar di shelter 3.

Shelter 3 - Tugu Yudha ( 45 menit)
Di shelter 3 ini sangat luas dan lapang, biasanya para pendaki umumnya mendirikan tenda di tempat ini. Karena disini banyak terdapat sumber air dan dekat dengan puncak. Shelter 3 ini merupakan batas vegetasi tanaman. Karena jalur menuju puncak sudah didominasi oleh pasir yang berkerikil dan batuan cadas. Setelah 45 menit berjalan, sampai di tugu Yudha. Matahari sudah menampakkan kilau sinarnya. Kami berhenti sejenak, untuk menikmati sapuan hangat sinar matahari. Tak lupa mengabadikan beberapa foto disini. Jika beruntung dan cuaca lagi cerah - cerahnya. Kita bisa melihat di samping kanan jalur pendaki atau ke arah timur, Danau Tujuh Gunung. 


Danau Tujuh Gunung yang Berselimut Awan


Sunrise di Tugu Yudha

Tugu Yudha

Tugu Yudha merupakan semuah tugu yang dibuat sebagai memorial seorang pendaki yang meninggal karena memaksakan diri menuju puncak Kerinci saat cuaca lagi buruk dan badai. Pendaki tersebut bernama Yudha. Yang jasadnya juga menghilang dan belum pernah ditemukan. Setelah beristirahat disini, kami melanjutkan perjalanan ke Puncak Indrapura, Sang puncak Gunung Kerinci. Tepat pukul 06.20 kami bertiga sampai. Kedua teman saya yang dari Jambi tidak ikut ke Puncak karena mereka sudah lebih dari 3 kali kesini. Puji syukur saya panjatkan karena bisa menginjakkan kaki dan diberi kesempatan berdiri mencumbu Puncak Gunung tertinggi di Sumatera, Pulau dengan seribu bukit. Perjuangan saya melawan rasa sakit pada kaki terbayar melihat hamparan awan.


Sujud Syukur sudah diberi Kesempatan berdiri di Puncak Kerinci 3805 mdpl

View dari Puncak Kerinci

Tak lupa saya memberi pesan kepada teman - teman pendaki lainnya dengan sebuah tulisan seperti ini :


Biar lebih kekinian, pose antimainstream di puncak Kerinci, meskipun kaki ga bisa lurus karena masih sakit. Kapan lagi bisa pose kayak gini di puncak Kerinci.

Yoga Headstand di atas Lautan Awan Puncak Kerinci

Belerang dari kawah sudah naik, maka kami putuskan untuk turun. Perjalanan turun lebih susah, karena kontur medan yang terjal, berbatu dan berpasir, membuat kami lebih berhati - hati saat turun. setelah sejam turun, tiba di shelter 3. Kemudian kami lanjutkan perjalanan ke shelter 2. Ternyata jalur yang kami lewati waktu gelap sangat terjal, dan sangat susah untuk turunnya. Kami harus bergelantungan lagi pada akar - akar pohon.

Jalur dari shelter 2 ke Shelter 3

Setelah sejam lebih kami menuruni jalur ke shelter 2, pukul  9.30. Selanjutnya kami masak makanan sebagai ganti tenaga yang dipakai sewaktu ke puncak, serta sebagai tenaga persiapan untuk turun. Setelah makan dan packing kembali peralatan ke keril, jam menunjukkan pukul 12.30. Hujan kembali turun. Perjalanan turun diiringi hujan lagi. Jalur yang terjal serta licin membuat kita harus lebih berhati - hati. Sering kali diantara kami jatuh karena terpeleset. Dengan langkah yang sempoyongan dan stamina yang sudah menurun. Kami lanjutkan perjalanan sampai ke Pintu Rimba. Tepat pukul 4.45 menit saya keluar dari Pintu Rimba. Sewaktu keluar dari Pintu Rimba, ternyata cuaca cerah di kaki gunung. Alhamdulillah, perjalanan panjang ke Puncak Indrapura dapat kami tempuh selama 2 hari semalam. Ini adalah perjalanan pendakian tercepat saya, karena saat perjalanan sebelumnya yaitu Rinjani saya butuh waktu 4 hari 3 malam, ke Semeru 3 hari 2 malam untuk naik dan turun. Banyak pelajaran yang dapat saya ambil saat pendakian ini;
1. Strategi dan planning itu tidak cukup satu, harus ada strategi dan planning cadangan, karena yang akan dihapai adalah Alam. Tentu saja kita harus memperhatikan segala kondisi alam dan tentunya kondisi tubuh.
2. Manusia memang memiliki batas kemampuan, tapi selama kita tidak memaksa keluar dari batas kemampuan itu, kita tidak akan pernah melampauinya dan jika kita bisa melampauinya, batasan kita akan naik lagi.
3. Sejujurnya saya tipekal pendaki atau pejalan yang selalu menghindari musim hujan saat melakukan pendakian. Disamping cidera yang mudah kambuh, jalur dan medan akan bertambah berat dan menyulitkan untuk melangkah dan lebih memakan banyak energi dan tenaga. Tapi saat mendaki kerinci, saya dihadapkan cuaca yang gampang berubah-ubah, karena bulan memasuki musim pancaroba. Sebentar panas, tiba - tiba berkabut gelap, kemudian turun hujan. Panas lagi. Sungguh sangat sulit diprediksi cuaca pada musim pancaroba apalagi di gunung. Tapi saya percaya bahwa "Seorang Pilot yang handal itu telah melakukan penerbangan puluhan ribu jam dengan berbagai macam cuaca, Nahkoda yang tangguh itu  pasti telah melewati luasnya samudra dengan menembus badai dan hujan. Begitu juga pendaki. Untuk menjadi pendahwa aki hebat itu harus melewati berbagai macam jalur pendakian serta berbagai macam kondisi cuaca. Dan badai, selalu menyisahkan  Pohon Yang Tangguh dan Kuat". Bukan untuk menjadi kuat atau merasa kuat, tapi lebih kearah keteguhan. Mata yang bersinar dan badan yang tegap saat melangkah. Begituh jalan yang dipilih pendaki.

Saya juga akan memberikan info dan tips kepada teman - teman yang akan melakukan pendakian ke Kerinci

Transportasi
- Gunung Kerinci terletak di desa Kersik Tuo Kayu Aro Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Pada umumnya jika ingin berkunjung kesana, memilih penerbangan dengan tujuan Bandara Minangkabau Padang, kemudian melanjutkan perjalanan darat selama 6 jam menuju Desa Kersik Tuo. Anda juga dapat memilih penerbangan ke Jambi tapi perjalanan darat lebih lama yaitu sekitar 9-10 jam.
- Jika anda memilih dari kota padang, anda bisa memesan jasa travel untuk menjemput di bandara serta mengantar ke camp Kerinci di Desa Kersik Tuo. Anda bisa menggunakan jasa travel safa marwa di kota padang dengan nomer telepon 085272241684. Anda juga bisa memesan untuk menjemput dan mengantar ke bandara padang kembali. Karena Travel ini memiliki duo Pemberhentian yaitu di Padang dan Sungai Penuh.

saran dan Info semoga bermanfaat :
1. waktu yang tepat melakukan pendakian ke Gunung Kerinci adalah saat musim kemarau, sekitar bulan juni - oktober. Karena pada bulan ini, matahari tepat berada di atas khatulistiwa sehingga sinar matahari bisa menyinari rimbunnya dan lembabnya hutan di jalur pendakian, sehingga jalur lebih padat dan tidak becek.
2. Banyak sekali terdapat sumber air di jalur Pendakian Gunung Kerinci. Tapi sedikit tips dari saya, jika mengambil air jangan sendirian, usahakan ada temen yang menemani sebagai antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
3. Vegetasi alam hutan di jalur pendakian masih lebat, jika berjalan berkelompok usahakan jarak antara pendaki yang satu dengan yang lain bisa terlihat oleh mata. Jangan sampai cuma bisa mendengar suaranya aja.
4. Jika bermalam usahakan minimal di shelter 1 ke atas guna mencegah serangan hewan buas yang masih sering berkeliaran di Gunung Kerinci.
5. Begitu juga saat turun. Usahakan, minimal jam 17.00 sudah keluar dari pintu rimba, karena jalur dari Pintu Rimba - Pos 3 masih sering dilewati hewan buas yang keluar di atas jam tersebut.
6. Bukan hanya di Laut, di danau atau di gunung, tetap jaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Saya menemukan banyak sekali kantong sampah yang telah disediakan oleh pihak Taman Nasional Kerinci Seblat di berbagai titik. Tagapi masih saja saya temukan sampah yang berserakan dimana - mana. Tingkat kesadaran akan kebersihan memang masih jadi tantangan dalam pengelolaan wisata di Indonesia. jadi sebagai pendaki mohon jaga kebersihan dan sayangi alam.
7. Selalu berdoa supaya tetap dilindungi dan dijaga oleh Tuhan.

Selamat mendaki kawan