Ayo Singgah ke Rumah Cut Meutia
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Itu sedikit ungkapan yang sering kita dengar. Untuk itu, jika ada waktu luang atau liburan, cobalah kunjungi museum atau bangunan sejarah. Untuk menambah rasa cinta kita terhadap tanah air.
Sebagai bentuk program VISIT ACEH 2015, Pemerintahan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sering sekali mempromosikan keindahan alamnya. Namun belum mengeksplorasi bangunan bersejarah lainnya. Sebagai contoh adalah Rumah Cut Meutia. Bangunan sejarah ini sebenarnya mempunyai potensi untuk dikembangkan, namun kurangnya perhatian pemerintah dalam hal akses dan akomodasi ke tempat ini.
Cut Nyak Meutia atau dikenal dengan Cut Meutia adalah pahlawan wanita dari Aceh yang terkenal selain Cut Nyak Dien. Cut Meutia selama 20 tahun telah memimpin perjuangan melawan penjajahan Belanda di wilayah Aceh Utara. Dari
rumah nya inilah beliau aktif dalam memimpin dan mengatur strategi
peperangan melawan Belanda itu.
Untuk menuju ke lokasi rumah Cut Meutia ini, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi. Desa matangkuli ini terletak kurang lebih sekitar 33 kilo meter dari kota Lhokseumawe. Kurang lebih memakan waktu 1-1,5 jam dari kota lhokseumawe.
Setelah anda sampai di desa matangkuli, anda bisa meneruskan perjalanan anda kurang lebih sekitar 3 kilo meter lagi dari desa matangkuli ini untuk menemukan lokasi dari rumah adat Pahlawan wanita Nasional yang berasal dari Aceh ini. Jangan khawatir, perjalanan anda ke lokasi ini tidak akan sia-sia karena keindahan alam dan suasana pedesaan ditambah lagi dengan area persawahan di daerah Matangkuli tidak akan membuat anda bosan.
Tips:
1. Menyewa mobil rental atau supir penduduk lokal, karena kurangnya perhatian pemerintah mengenai akses jalan menuju kesana. Tidak ada jalan penunjuk arah untuk menuju kesana yang lumayan masuk ke perkampungan warga.
2. Bagi wisatawan diharap membawa makan sendiri, karena disana hanya ada kurang dari 5 warung yang hanya menjual makanan ringan saja. Dan jangan lupa membawa plastik untuk membuang sampah sisa makanan untuk menjaga kebersihan. Kebersihan menjadi permasalahan utama bagi dinas pariwisata di Aceh, karena masyarakat Aceh kurang sadar akan kebersihan dan pentingnya kebersihan tempat wisata. Aceh punya alam dan keaneka ragaman budaya yang khas, tapi percuma kan kalau masyarakatnya tidak bisa menjaga.
Rumah Cut Meutia
Sama seperti Rumoh (sebutan untuk rumah adat) Aceh yang lainnya, Rumah Cut meutia yang sekarang dijadikan museum, rumah ini memiliki 16 tiang penyangga. Bagi masyarakat Aceh membangun rumah bukan sekedar sebagai hunian saja, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan. Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya
dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari
timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam
atau belakang yang sakral berada di barat. Arah Barat mencerminkan upaya
masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka’bah yang
berada di Mekkah.
Bagian dalam rumah
Selain bangunan rumah, di lokasi ini kita juga bisa melihat beberapa benda tradisional dan bangunan masyarakat aceh
1. Kroeng
Kroeng dalam bahasa Indonesianya karung adalahtempat untuk menyimpan padi). Berjumlah tiga buah dan berada di halaman rumah.
Krueng (karung)
2. Jeungki
Pada jaman dahulu, sebelum ada mesin penggiling padi, masyarakat aceh menggunakan Jeungki sebagai alat penumbuk padi
Jeungki
3. Balai
Balai ini berukuran kurang lebih 3 x 4 m. Bangunan ini biasanya dipergunakan untuk tempat berkumpul, ajang silaturahmi, dan tempat bersantai bagi masyarakat aceh.
Balai
4. Monumen Cut Meutia
Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangannya melawan belanda, yang pada akhirnya Cut Meutia gugur bersama pasukannya pada tanggal 24 Oktober 1910. Di area rumah ini dibangun monumen perjuangan.
Monumen Cut Meutia
Lokasi dan Transportasi
Rumah Cut Meutia ini berada di Desa Mesjid Pirak, Kecamatan
Matangkuli, Aceh Utara. Rumah Cut Meutia dapat ditemui 3 km dari desa
Matangkuli, Kecamatan Matangkuli. Rumah Adat Cut Meutia ini dibangun
kembali dan di beri pagari atau di beri pagar oleh Pemerintah Aceh
sebagai bentuk penghormatan terhadap pahlawan Wanita Nasional dari Aceh
ini.Untuk menuju ke lokasi rumah Cut Meutia ini, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi. Desa matangkuli ini terletak kurang lebih sekitar 33 kilo meter dari kota Lhokseumawe. Kurang lebih memakan waktu 1-1,5 jam dari kota lhokseumawe.
Setelah anda sampai di desa matangkuli, anda bisa meneruskan perjalanan anda kurang lebih sekitar 3 kilo meter lagi dari desa matangkuli ini untuk menemukan lokasi dari rumah adat Pahlawan wanita Nasional yang berasal dari Aceh ini. Jangan khawatir, perjalanan anda ke lokasi ini tidak akan sia-sia karena keindahan alam dan suasana pedesaan ditambah lagi dengan area persawahan di daerah Matangkuli tidak akan membuat anda bosan.
Tips:
1. Menyewa mobil rental atau supir penduduk lokal, karena kurangnya perhatian pemerintah mengenai akses jalan menuju kesana. Tidak ada jalan penunjuk arah untuk menuju kesana yang lumayan masuk ke perkampungan warga.
2. Bagi wisatawan diharap membawa makan sendiri, karena disana hanya ada kurang dari 5 warung yang hanya menjual makanan ringan saja. Dan jangan lupa membawa plastik untuk membuang sampah sisa makanan untuk menjaga kebersihan. Kebersihan menjadi permasalahan utama bagi dinas pariwisata di Aceh, karena masyarakat Aceh kurang sadar akan kebersihan dan pentingnya kebersihan tempat wisata. Aceh punya alam dan keaneka ragaman budaya yang khas, tapi percuma kan kalau masyarakatnya tidak bisa menjaga.
Bagaimana? Yuk berkunjung ke Aceh, dan jika ke Lhokseumawe, jangan lewatkan tempat ini dari daftar
liburan anda. Dan dukung Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam mensukseskan program wisatanya yang bertajuk "VISIT ACEH 2015".