Thursday, December 31, 2015

Segarnya Air Terjun Kembar, Watu Ondo di Kawasan Cangar Pacet Mojokerto

Keindahan Tersembunyi Di Kaki Gunung Welirang,  Air Terjun Watu Ondo

      Gunung Welirang Gunung dengan ketinggian 3.156 mdpl ini menyimpan banyak potensi keindahan alam. Secara administratif gunung ini terletak di perbatasan Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Di salah satu daerah di lereng Gunung Welirang yang berbatasan antara Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu, tepatnya di daerah Cangar Pacet Mojokerto, terdapat sebuah air terjun yang indah. Meskipun lokasi air terjun ini tidak sulit, namun banyak sekali orang yang belum mengetahuinya. Hal ini dikarenakan pihak pengelola kurang dalam promosi air terjun ini. Air terjun ini bernama Watu Ondo, atau biasa orang sekitar menyebut Coban Kembar. Hal ini dikarenakan ada dua air terjun bersebelahan dalam satu lokasi. 
        
        Air Terjun Watu Ondo ini terletak di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soeryo. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 69 meter. Sementara air tejun yang satunya lagi yang lebih kecil yaitu sekitar 15 meter. Kedua air terjun ini memiliki sumber air yang berbeda namun bertemu dalam satu telaga kecil yang dangkal. Nama air terjun Watu Ondo ini menurut informasi dari pengelola berasal dari Watu yang artinya Batu sedangkan Ondo merupakan bahasa jawa dari Anak Tangga. Hal ini dikarenakan jalan menuju air terjun itu sendiri yang berupa turunan anak tangga yang berasal dari bebatuan.

       Saat berjalan dari pintu masuk menuju bawah air terjun, terlihat indahnya air terjun Watu Ondo ini dari kejauhan. Air yang meluncur dari bebatuan dan sedikit sinar matahari menambah keindahan tempat ini dari kejauhan. Aku langkahkan kaki menuju ke bawah air terjun. Jalan yang dilewati sediikit curam tapi tenang saja jika capek, sudah ada beberapa tempat duduk yang sudah disiapkan pengelola untuk beristirahat sejanak.

     Suasana yang masih asri dan tentunya masih alami ini sayang jika tidak dilestarikan dan dijaga kebersihannya. Terkadang tak jarang disini akan menjumpai sekawanan kera atau burung-burung yang masih berkeliran bebas disini. Derasnya guyuran air terjun ini menambah suasana sejuk dan ingin berlama-lama disini. Jika ingin sekedar bermain air atau mandi, maka jangan tepat dibawah air terjun yang tinggi. Karena disini juga ada papan peringatan yang melarang kita mandi atau bermain air di air terjun ini. Dikarenakan kita tidak mengetahui hal apa yang terjadi di sumber jatuhnya air diatas. Kan gak lucu tiba-tiba diatas air terjun ini ada longsor sehingga batuan atau terkadang bongkahan kayu yang jatuh ikut kebawa arus meluncur dari atas terus mengenai kita. Jadi main di telaga kecil yang ada saja. Tak lupa aku mengabadikan beberapa foto keindahan air terjun Watu Ondo ini dari kamera yang saya bawa.

Air Terjun Watu Ondo dari Kejauhan

 Air Terjun Watu Ono yang Tinggi


Air Terjun Watu Ondo yang Kecil 


Panorama Kedua Air Terjun


Anak Tangga Jalur ke Air Terjun

Air Terjun dari Atas


Transportasi
Untuk mencapai air terjun ini aku saranin menggunakan kendaraan Pribadi. Ada dua jalur yaitu dari arah Kecamatan Pacet Mojokerto atau dari Batu Malang menuju Cangar. Dengan kondisi jalan beraspal yang relative masih bagus dengan medan jalan yang hampir semuanya berkontur naik dan turun serta berkelok-kelok, sangat menantang dan cocok bagi para sobat traveler yang mempunyai hobi touring dengan motor. Bila sobat traveler menuju air terjun Watu Ondo dari arah Pacet-Mojokerto pintu masuk air terjun Watu Ondo akan berada di sebelah kiri jalan sebelum sebuah jembatan besar pertama yang berfungsi juga sebagai tanda wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Malang, namun bila dari arah Batu atau melewati pemandian Cangar sobat traveler dapat melihat tanda pintu masuk air terjun Watu Ondo berada di sisi sebelah kanan jalan setelah melalui dua buah jembatan besar yang berada di sebuah tikungan yang tajam dan menurun. Namun jika menggunakan kendaraan umum, maka jika dari terminal Pacet, kita harus menyewa angkot atau kendaraan menuju tempat ini. Namun jika dari Batu. Maka carilah aangkot menuju desa Sumber Brantas. Dari sini masih harus menyewa angkot lagi menuju air terjun ini.

Informasi dan Saran :
1. Jika ingin berkunjung ke air terjun ini, harap melapor ke tempat penjagaan, untuk mencari informasi tentang air terjun ini.
2. Selalu taati Peraturan yang berlaku di Papan Peringatan yang sudah disediakan.
3. Buang sampah pada tempat yang disediakan atau membawa sampah kembali keatas. Dan jangan mencoret-coret atau melakukan aksi vandalisme di batu-batu di arean air terjun ini. Tetap jaga kebersihan dan kelestarian alam ya.
4. Jangan membawa sabun atau shampo untuk mandi. Agar tidak mencemari air disini.
5. Dan yang terakhir berkunjung ke air terjun ini sangat recomended untuk mengisi akhir pekan sobat traveller. Karena selain tempatnya masih alami, udaranya segar, airnya dingin juga tidak mahal kok untuk biaya masuknya.


VISIT MOJOKERTO, VISIT EAST JAVA
VISIT INDONESIA

Wednesday, December 23, 2015

Keindahan Pantai Anoi Itam dan Peninggalan Perang Dunia ke-2

Pantai Anoi Itam dan Peninggalan Perang Dunia ke-2

       Pulau weh termasuk ke dalam salah satu pulau terluar di Indonesia. Letaknya di ujung barat pulau Sumatera dan masuk dalam Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Pulau ini tak hanya memiliki keindahan bahari saja. Panorama serta bentang alamnya juga sangat memikat. Pulau yang memiliki ibu kota di sabang ini memiliki banyak potensi wisata yang belum dikelola dengan baik atau bahkan tidak terawat.
      
        Di pulau yang menghadap langsung ke Samudera Hindia ini banyak sekali memiliki bangunan bersejarah yang menjadi saksi Perang dunia ke-2. Hampir di setiap sudut pulau ini tak jarang ditemukan bungker-bungker pertahanan yang dibuat oleh tentara Jepang. Penduduk setempat menamai tempat ini sebagai gua Jepang. Keberadaan bungker-bungker ini seharusnya menjadi aset untuk pengembangan wisata di daerah sabang. Salah satu bungker yang terkenal di pulau weh berlokasi di dekat Pantai Anoi Itam. Pantai ini terkenal di Sabang dengan pantai yang memiliki pasir hitam.

Panorama Pantai Anoi Itam

        Pasir hitam di Anoi itam berbeda dengan pasir hitam di pantai yang lain. Menurut informasi hal ini disebabkan karena terdapatnya kandungan biji logam yang terkandung dalam pasir tersebut. Meskipun panorama pantai Anoi itam ini sangat indah, namun pantai ini tergolong sepi oleh pengunjung. Bangunan bersejarah atau gua Jepangnya pun tidak terawat.

Lorong Menuju Gua

Meriam di dalam Bungker (Gua)

Di dalam goa ini juga masih terdapat meriam sisa - sisa peninggalan perang. Sangat disayangkan karena dinding - dinding bungker ini dipenuhi coretan oleh tangan yang tak bertanggung jawab.

Penampakan Bungker dari Luar

Pemandangan di Depan Bungker

Dilihat dari posisinya yang di atas bukit dan di tepi laut, lokasi ini memang sangat cocok untuk dijadikan lokasi pertahanan. Selain untuk mengintai musuh juga menyerangnya sekaligus dengan senjata yang dipersiapkan di dalam bungker ini jika musuh. Pemandangan pantai Anoi Itam juga sangat indah jika dilihat dari atas bukit ini.

Pemandangan Pantai Anoi Itam dari Atas Bungker (Gua)

Sayang sekali, peniggalan bersejarah serta keindahan alam ini kurang mendapat perhatian dan dari pengunjung juga kurang sadar akan nilai sejarah yang ada. Semoga keindahan pantai Anoi Itam dan Goa Jepang ini terjaga keasrian dan keindahannya agar bisa dinikmati oleh anak cucu kita. Dan bagi pengunjung dimohon untuk selalu menjaga kebersihan dan lebih bertanggung jawab akan kelestarian alam dan sekitar.

AYO BERKUNJUNG KE ACEH
DAN SELALU JAGA KEBERSIHAN TEMPAT WISATA !!!

INDONESIA DANGEREOUSLY BEAUTIFUL 


Monday, November 2, 2015

Bawakaraeng Gunung Favorit di Kota Daeng

 Bawakaraeng Gunung Favorit di Kota Daeng


           Bergeser ke arah kabupaten Gowa, yang letaknya sekitar 80 km dari kota Makassar tepatnya di daerah Malino. Di daerah ini terdapat sebuah pegunungan yang tidak pernah sepi didaki oleh para pendaki bukan hanya dari daerah makassar namun juga daerah lainnya. Gunung tersebut bernama Bawakaraeng. menurut warga di sekitar gunung arti kata Bawakaraeng adalah, Bawa yang berarti mulut dan Karaeng yang berarti Tuhan, jadi artinya Gunung Mulut Tuhan. Gunung ini memiliki ketinggian 2830 MDPL dengan jalur tracking yang tidak terlalu terjal namun panjang. Kalau saya boleh berpendapat bahwa gunung Bawakaraeng ini adalah pegunungan berbukit - bukit. Karena untuk mencapai puncak kita tidak hanya disuguhi dengan jalur tanjakan, namun ada di beberapa jalur kita harus turun untuk mencapai pos pendakian, kemudian disuguhi jalur menanjak yang cukup menguras tenaga.

           Gunung Bawakaraeng ini bener-bener favorit di kota Daeng, bahkan bukan hari libur atau weekend saja masih banyak pendaki yang dijumpai. Memang gunung ini menyuguhkan panarama lenskep alam yang memukau. Dan bukan puncaknya saja tujuan utama para pendaki, karena di beberapa lereng pegunungan banyak sekali tempat untuk sekedar berkemah dan tempat-tempat indah yang memanjakan mata, seperti lembah rama, danau tanralili dan masih banyak lagi yang belum terekspos.

            Saya akan sedikit bercerita dalam tulisan ini tentang perjalanan saya sampai ke puncak Bawakaraeng bersama beberapa teman. Hari minggu 18 Oktober 2015 sekitar pukul 10.30 WITA kami berangkat menuju Malino dengan bersepeda motor. Saat perjalanan memasuki daerah Gowa, kami dimanjakan dengan pemandangan alam yang berbukit-bukit. Pasti jika setelah musim hujan, daerah ini sangat hijau, namun karena memasuki musim panas yang apalgi  musim panas tahun ini lebih lama dan temperature lebih panas, maka tak jarang menjumpai bagian sungai yang mengering, dan tumbuhan yang mengering. Setelah 2 jam lebih kami memasuki Kota Malino, udara sejuk sudah mulai terasa. Pukul 13.30 WITA kami sampai di base camp Pendakian ke Gunung Bawakaraeng. Kami memulai pendakian ini dari desa Lembanna. Sebenarnya sangat banyak sekali jalur pendakian ke puncak Bawakaraeng, namun umumnya para pendaki akan memilih jalur dari LembaNna, karena selain menyajikan pemandangan yang sangat menyegarkan mata jalur pendakiannya juga lebih jelas jalannya.

Desa Lembana - Pos 1 (1 jam)
Start dari pukul 14.00 WITA, kami memulai pendakian dari base camp desa Lembana, meskipun cuaca lagi panas tapi angin khas pegunungan masih meniupkan hawa dingin. Jalur ini akan melewati persawahan dan perkebunan milik warga, Jalur yang sangat panjang dan landai. Pukul 15.00 WITA kami sampai di Pos 1.

Tugu Rute Pendakian di Desa Lembanna


Pos 1 - Pos 2 (20 menit)
Belum hilang capek perjalanan dari Kota Makassar ke base camp, ditambah dengan cuaca yang lagi panas - panasnya, start pendakian tersebut sangat melelahkan, kami beristirahat untuk minum dan menghirup udara segar khas pegunungan. Pukul 15.20 WITA kami memulai lagi menuju pemberhentian pos selanjutnya. Letak pos 2 tidak jauh dari pos 1. Melewati sedikit pohon - pohon tumbang kita sampai di pos 2 pukul 15.40 WITA.

Pos 2 - pos 3 ( 10 menit)
Setelah sampai di pos 2, kami berhenti sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke pos 3. Setelah melewati aliran sungai kecil kami sampai di pos 3 pukul 16.10 WITA.

Jalur Menuju Pos 3

Pos 3 - Pos 4 ( 40 menit)
Dari pos 3 ke pos 4 kami menemukan beberapa bagian pohon tumbang bekas terbakar, entah ulah siapa, namun yang jelas harusnya tidak terjadi. Pukul 16.40 WITA kita sampai di Pos 4. Teriknya panas matahari ini, bener-bener sangat menyengat, udara dan angin khas pegunungan belum sanggup menandingi panasnya matahari. Keringat bercucuran, deru nafas sudah tersendal - sendal. Kami memutuskan berhenti untuk membasahi kerongkongan dan mengatur ritme nafas lagi.


Beristirahat di Pos 4

Pos 4 - Pos 5 ( 1 jam)
Dari Pos 4 menuju Pos 5 kita akan memasuki vegetasi hutan khas Sulawesi, bagi saya pendaki dari jawa, sangat jarang menemui beberapa jenis tanaman tersebut. di beberapa jalur juga kami disuguhi panorama alam yang memukau. Sedikit mengobati rasa lelah kami. Setelah hampir sejam kami berjalan kami sampai di Pos 5 pukul 17.55. Fisik sudah terkuras, Matahari sudah tidak menampakkan kilaunya, berganti dengan sedikit lengkungan bulan. Di pos 5 sangat lapang dan terdapat sumber air dibawah. Tempat yang sangat cocok untuk mendirikan tenda. Kami memutuskan untuk bermalam disini. Malam hari disini sangat dingin. Angin yang bertiup tidak "nyantai", beberapa tenda kami tertiup angin sampai harus "bergoyang-goyang".

 
Malam Hari di Pos 5

Pos 5 - Pos 6 (30 menit)
Setelah bermalam di pos 5, kami memutuskan untuk menuju puncak pada hari ini 19 Oktober 2015. Kami memulai lagi perjalanan setelah mengisi perut dan meninggalkan beberapa barang di dalam tenda. Pukul 8.00 kami memulai perjalanan. Jalur di pos 5 menuju pos 6 sering sekali membuat pendaki kebingungan arah karena jalur sering tertutup oleh pohon yang tumbang dengan sendiri. Pada hari itu kebetulan ada beberapa jalur yang bekas terbakar, dan kami sempat mematikan beberapa titik api dengan seadanya. Pukul 8.30 sampai di Pos 6.

Pemandangan Menuju pos 6

Hutan yang sering Menyesatkan Pendaki

Pos 6 - Pos 7 (30 menit)
Jalur dari pos 6 ke pos 7 akan melewati beberapa tanjakan yang cukup menguras tenaga. Disini akan melewati vegetasi hutan khas pegunungan di Sulawesi. Hutan ditumbuhi lelumutan hijau, menambah kesan asri. Pukul 9.05 WITA kami sampai di Pos 7. Kami berhenti sejenak. 

Jalur Menuju Pos 7
Dari Pos 7 ini, pemandangan alam yang ditawarkan sangat mempesona.Saya mengambil kamera untuk mengabadikan beberapa lenskep alam dari pos 7.
 Pemandangan Alam dari Pos 7
 
 Pemandangan Alam dari pos 7

Pos 7 - Pos 8 (1 jam)
Setelah beristirahat cukup lama di pos 7 kami melanjutkan menuju pos 8. Yang paling unik dari rute pendakian guunung bawakaraeng yaitu jalur dari pos 7 - pos 8, karena biasanya jalur pendakian akan cenderung naik seiring dengan pos yang akan dituju. Namun jalur kali ini sungguh berbeda. Jalur menuju pos 8 adalah jalur turunan yang panjang memasuki cekungan lembah perbukitan. Pos 8 biasanya dibuat bermalam untuk beberapa pendaki. Karena terdapat sumber air dari sungai kecil. Sebenarnya di beberapa jalur pendakian akan menemukan beberapa sumber air. Namun kami mendapat informasi dari base camp, jika memasuki bulan kemarau apalagi kemarau kali ini lebih panas, sumber air hanya terdapat di Pos 5 dan Pos 8. Kami sampai di pos 8 pukul 10.30 WITA. Kami disini bertemu dengan beberapa pendaki yang juga sedang beristirahat setelah menuju puncak. Kami berhenti lama disini. 8

Panorama Alam dari Pos 7 ke Pos 8

Sumber Air di Pos

Pos 8 - Pos 9 (30 menit)
Setelah beristirahat dan mengambil air di pos 8, kami meneruskan perjalanan menuju pos 9. Medan jalur yang dilewati cukup menanjak dan didominasi oleh batuan. Masih ada vegetasi tumbuhan disini. Kami memulai perjalanan pukul 11.10 WITA. Pemandangan dari Pos 9 sangat indah. Dari pos 9 ini juga terdapat percabangan jalur pendakian yaitu dari Sinjai. Dari Pos 9 juga dapat menuju lembah yang indah dan biasanya dijadikan perkemahan. Namun karena musim panas, sumber air di lembah tersebut mengering. Kami sampai di Pos 9 pukul 11.40 WITA.

 Panorama dari Pos 9


Pos 9 - pos 10 dan Puncak ( 1 jam)
Terik sengatan matahari menuju puncak sudah sangat menyengat. Namun semangat kami lebih menggelora untuk menuju Puncak Gunung Bawakaraeng ini. Diiringi dengan tiupan angin yang menghembuskan kesegaran dan sedikit membantu menyejukkan pendakian. Pukul 13.00 WITA, alhamdulillah kami sampai di Tugu Puncak gunung Bawakaraeng.
                    
Tugu Puncak Bawakaraeng

Anggota Pendakian Bawakaraeng

Yang unik dari pendakian kali ini adalah kami ditemani seekor anjing yang kami temui di Pos 5. Anjing ini juga membantu menunjukkan arah sewaktu pendakian.  

  
Panorama dari Tugu Puncak Bawakaraeng

Matahari semakin menyengat, kami juga sudah mengabadikan beberapa gambar di Puncak, akhirnya kami pun turun ke pos 10 untuk mengisi perut kami.
Pukul 14.10 WITA kami memutuskan turun. Jalur turun menuju ke Pos 5 yang paling susah jelas dari pos 8 menuju ke pos 7. Tenaga sudah terforsil habis, namun untuk ke Pos 7 kami harus melalui medan tanjakan lagi. Pukul 17.30 WITA kami sampai di Pos 5. Kami menutup kembali tenda kami dan sebagian anggota menyiapkan makan malam untuk cadangan tenaga untuk turun ke base camp di Desa Lembanna. Pukul 19.00 WITA kami bersiap turun dan sampai di desa Lembana sekitar pukul 21.30 WITA.

Saya juga akan memberikan beberapa informasi kepada teman - teman yang akan melakukan pendakian ke Gunung Bawakaraeng

Transportasi :
jika dari Makassar harus ke Terminal lama, dari terminal sungguminasa lanjut dengan kendaraan menuju Malino kemudian turun di desa Lembanna kemudian harus naik ojek atau angkutan pedesaan menuju base camp. Namun saran saya jika berkelompok lebih baik menyewa mobil dengan sewa yang bisa ditawar.

Info :
1. Baca Peraturan dan informasi di base camp mengenai pendakian karena disini biasanya terdapat informasi kondisi dari Gunung Bawakaraeng terkini dan sangat penting bagi pendaki.
2. Gunung Bawakaraeng merupakan gunung pasif dengan tipe perbukitan panjang dengan medan didominasi bebatuan keras dengan vegetasi hutan lumut. Alangkah baiknya jika memulai pendakian di pagi hari, jika sampai di desa Lembanna siang atau sore, maka saya menyarankan untuk menginap di base camp. Karena melakukan perjalanan siang hari disini sangat menguras tenaga, apalagi musim kemarau panjang seperti tahun ini. Sengatan matahari menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sehingga harus banyak mengkonsumsi air. Sedangkan di musim kemarau seperti ini, biasanya sumber air di beberapa pos akan mengering.
3. Selalu jaga kebersihan dan hindari mencoret - coret di gunung.
4. Selalu berdoa kepada Tuhan supaya diberi keselamatan dalam setiap kegiatan.


PERJALANAN ITU BUKAN HANYA SEBERAPA JAUH JARAK YANG DITEMPUH. 
BUKAN JUGA HANYA SEBERAPA TINGGI YANG DIDAKI.
TAPI BAGAIMANA CARA MENGAMBIL HIKMAH DAN PELAJARAN DALAM SETIAP LANGKAH PERJALANAN.


SELAMAT MENDAKI KAWAN


Friday, April 24, 2015

Perjalanan Menaklukan Diri ke Kerinci

Mencumbu Sang Indrapura, Puncak Gunung Kerinci (3805 Mdpl)

Tanah Tertinggi di Pulau Seribu Bukit, Sumatera

          Tulisan ini adalah catatan perjalanan saya, menaklukan diri untuk berdiri di puncak gunung Kerinci. Gunung Kerinci mempunyai ketinggian 3805 Mdpl termasuk dalam daftar tujuh puncak tertinggi Indonesia yang merupakan gunung berapi tertinggi di Sumatera dan Indonesia. Gunung kerinci  gunung tertinggi kedua setelah Puncak Jaya (cartenz) di Papua. Kerinci merupakan gunung tinggi  ketiga yang saya daki, setelah dua gunung tinggi lainnya yaitu Semeru dan Rinjani. Dan saya memiiliki pengalaman yang luar biasa di pendakian saya kali ini.

Day 1
Senin  6 april 2015, saya bertemu dengan seorang teman, di bandara Soekarno Hatta. Kami sering melakukan perjalanan bersama. Entah berapa kali, dari tahun 2010 silam. Pesawat yang kita tumpangi akan take off pukul 14.00 WIB. Kami menumpangi pesawat yang sering sekali delay. Beruntung cuma delay beberapa menit dari waktu semula. Pukul 16.00 WIB kami keluar dari bandara Minangkabau di Padang. Sebelumnya kami sudah memesan travel yang akan mengantarkan kita ke Kerinci. Karena teman saya ini sudah lama tinggal di padang, makanya dia hafal betul setiap jengkal seluk beluk kota ini. Kita menunggu di Pol travel tersebut. Travel yang kami tumpangi jurusan Padang - Sungai Penuh akan berangkat pukul 19.00 WIB. Kami akan singgah ke Sungai Penuh, tempat kawan kami, yang akan mengantar dan menemani pendakian kami. Saat perjalanan ke Sungai Penuh, ternyata kita melewati Desa Kersik Tuo, tempat pendakian ke Gunung Kerinci, tapi tujuan kami ke Sungai Penuh. Pukul 3.30 petang kita sampe di Pol travel ini yang ada di Sungai Penuh Jambi. Sebenarnya kita bisa meminta travel itu untuk ke alamat rumah kawan kita di Sungai Penuh, tapi karena kesalahan komunikasi kami dengan supirnya, kami diberhentikan di tempat terakhir, atau di pol travel tersebut. Kawan saya sudah menelpon kami, lalu dia menjemput kami. Ternyata rumahnya sangat dekat dengan Pol travel tersebut.

Day 2
Selasa 7 April 2015. Setelah kami istirahat di rumah kawan, Kami memulai mempersiapkan untuk perjalanan panjang pendakian. Temen saya belanja logistik dengan kawan dari jambi. Pukul 12.30 WIB, kita berempat, saya, temen saya dan dua kawan dari Sungai Penuh bernagkat ke Base Camp Pendakian Kerinci, di desa Kersik Tuo, Kayu Aro Kabpaten Kerinci. Rencana kita akan berangkat sore ini, jam 14.00 dan akan menginap di Shelter 1. Tapi kondisi alam dan kesalahan informasi yang kita dapat tentang pembukaan Jalur pendakian ke Gunung Kerinci, mengakibatkan kita harus menginap semalam di Base Camp Kerinci. Rencana pendakian 3 hari 2 malam kami gagal. Tapi itu tidak menyulutkan semangat saya untuk tetap mendaki Kerinci

Day 3
Rabu 8 April 2015. Semalam kita menginap di Base Camp Kerinci. Saya mendapat informasi banyak tentang pendakian ke Kerinci, bagaimana jalur trackingnya, kondisi alam dan mitos-mitos yang sering terjadi di Gunung Kerinci. Saya juga mendapat kawan baru, seorang pendaki dari Jakarta, yang sangat berani. Dia berniat mendaki Kerinci seorang diri padahal sebelumnya dia belum mendaki ke gunung ini. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajaknya bergabung. Pagi itu Kerinci cerah. Nampak berdiri dengan kokohnya Gunung Kerinci diantara perkebunan teh milik PT PN VI. Perkebunan teh ini merupakan perkebunan teh terbesar di Asia Tenggara. Namun sayangnya cuma beberapa orang Indonesia aja yang bisa mencicipi kenikmatan teh Kayu Aro ini. Karena hasil pengolahan teh ini diekspor ke luar negeri.

          View Kerinci dari depan Base Camp

Pukul 07.00 pagi kami berlima memuali pendakian kita dari base camp. Melintasi kampung warga dan perkebunan teh yang terhampar hijau sepenglihatan mata. Tak lupa berhenti di Simpang Tugu Macan yang merupakan ikon dari Gunung Kerinci ini. 

Simpang Tugu Macan
Perjalanan kami lanjutkan, sering kali berjumpa dengan para petani yang akan berangkat ke kebun di sekitar kaki gunung.
Kegiatan Warga di Kaki Gunung Kerinci di Pagi Hari

Setelah berjalan hampir 1,5 jam, tibalah di Pintu Rimba, yang merupakan gerbang menuju jalur pendakian Gunung Kerinci. Pukul 8.30 kami tiba di depan Pintu Rimba, disambut dengan sekawanan kera merah dengan suara kasnya. Dalam batin berkata, "baru di depan Pintu Rimba aja sudah disambut kera, bagaimana perjalanan nanti?". Tapi saya sudah bertekad untuk melanjutkan pendakian ini. Kami berhenti sejenak, untuk sarapan pagi dengan nasi yang telah kita bawa dari base camp, dengan lauk khas ranah Minang yaitu daging balado. Pukul 09.00 setelah makan dan kami berdoa supaya pendakian diberkahi dan membawa manfaat bagi kami semua, serta selalu dalam lindungan Tuhan. Perjalanan pendakian ke puncak Kerinci kami mulai.

Pintu Rimba


Pintu Rimba - Pos 1 (Bangku Panjang) 30 menit
Perjalanan ke pos 1 ini melewati hutan tropis yang masih lebat. Vegetasinya masih terjaga. Jalur trackingnya landai. Tapi medan berlumpur dan masih banyak genangan air hujan. Karena musim hujan masih sering terjadi pada bulan April tahun ini. Selama berjalan 30 menit akhirnya sampai di Pos 1. 

Pos 1 - Pos 2 (Pondok Lumut) 20 menit
Sama seperti jalur sebelumnya jalur ke pos 2 juga masih terbilang landai dengan vegetasi yang cukup terjaga dan jalur yang licin serta becek dan penuh genangan. Di pos ini, terdapat sumber mata air. Kami berhenti untuk mengisi persediaan air. Dari pos 1 ke pos 2 kami berjalan selama 20 menit.

Pos 2 - Pos 3 (Pondok Panorama) 1 jam
Masih melewati tracking yang landai tapi lebih panang. Di pos ini kami bertemu sesama para pendaki lain yang sedang mendaki ke kerinci. Alhamdulillah ternyata kami berlima bukan satu-satunya kelompok pendaki. Tidak jarang di Pos 3 ini kami bertemu hewan pengerat seperti tupai. Setelah istirahat sejenak. Pukul 11.00 kami mulai berjalan lagi.

Pos 3 - Shelter 1 ( 1 jam 30 menit)
Gerimis mulai menemani langkah kaki. Jalur ke Shelter 1 ini sudah mulai naik. Berbeda dari tracking sebelumnya. Di shelter 1 ini sangat lapang dan luas. Biasanya pada waktu pendakian lagi ramai, sering sekali
 pendaki bermalam dan mendirikan tenda disini. Kami berhenti di Shelter 1. Mengeluarkan makanan dan menjalankan sholat. Setelah selesai, tepat pukul 13.00 kami melanjutkan pendakian.

Shelter 1 - Shelter 2 (3 jam 30 menit)
Jalur sudah mulai naik, medan bertambah licin dan jalur yang didominasi oleh tanah yang berlumpur menambah berat perjalanan. Perjalanan ke shelter 2 ini sungguh menguras tenaga dan menghabiskan banyak stamina. Dan saya rasa ini bukan mendaki gunung lagi, tapi sudah memanjat pohon. Karena sering kali kita berjalan dengan bergelantungan pada akar pohon.

Jalur ke Shelter 2

Tanjakan tanpa bonus, ditambah hujan yang semakin lebat. Membuat kaki saya tiba-tiba "Kram". Bekas cidera waktu berolahraga futsal saat bertabrakan dengan teman. Kedua kaki saya tidak bisa bergerak. Sementara tidak ada tempat yang datar untuk meluruskan kaki. Alhasil saya berhenti di akar-akar pohon. Jalur ke shelter 2 ini sungguh tantangan terberat bagi saya dengan kondisi kaki seperti ini.

Ekspresi kelelahan seorang temen 

Setelah berhenti, dan kondisi kaki berangsur membaik, meskipun belum pulih 100%, saya mencoba melanjutakan pendakian dengan jalur yang semakin curam naik tanpa bonus. Hanya bermodal semangat dan keyakinan bahwa "Aku bisa" yang selalu saya camkan dalam hati. Akhirnya sampai di Shelter 2. Jam menunjukkan pukul 16.30. Kondisi cuaca masih hujan, meskipun sudah sedikit reda. Tapi tenaga sudah habis. Rencana awal akan bermalam dan mendirikan tenda di Shelter 3 kami tunda, dengan berbagai pertimbangan. Akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda di shelter 2. Kebetulan disini, kami juga mendapati teman pendaki yang bertemu di jalur sebelumnya sudah mendirikan tenda. Di shelter 2 ini, juga terdapat sumber air, jadi untuk cocok bermalam juga.

Day 4
Setelah istirahat semalam, Alhamdulillah kondisi tubuh dan stamina kembali. Kaki yang semalam saya balsemin dengan resep dari dokter yang selalu saya bawa. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan summit di hari ini. Alarm berbunyi, salah satu temen yang setenda bangun, dia mengatakan sudah pukul 02.00. Dengan mata yang masih sayup - sayup, ditambah angin yang kencang dan udara dingin menambah berat untuk bangun. Saya menyiapkan makan sebagai sumber energi agar tidak kelaparan dan lebih bertenaga saat pendakian. Jam menunjukkan pukul 04.00, semua kebutuhan, seperti air minum secukupnya, cemilan coklat dan sedikit makanan yang mengandung karbohidrat telah saya masukkan ke dalam tas kecil. Tidak lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen di perjalanan menuju puncak. Setelah melakukan gerakan ringan dan pemanasan. Kami semua berdo'a, agar selalu diberi perlindungan dan keselamtan oleh Tuhan. Beruntung, cuaca cerah, hujan yang mengguyur kami semalam sudah reda, bintang sudah kembali terlihat meskipun tidak seterang yang pernah saya lihat sewaktu di Rinjani atau Semeru. Setidaknya cuaca bersahabat.

Shelter 2 - Shelter 3 ( 1 jam)
Dengan stamina dan kondisi tubuh setelah beristiraht semalam. Kami bisa melakukan perjalanan dari shelter 2 - shelter 3 dengan waktu tempuh 1 jam. Itupun karena kami tidak membawa keril dan beban lebih karena kami tinggal di tenda. Jalur trackingnya hampir sama dengan tracking dari shelter 1 menuju shelter 2. Kami juga merayap dan bergelantungan menaiki akar - akar pohon. Ternyata keputusan kami untuk bermalam di shelter 2 tidak salah. Karena jika kami paksakan untuk bermalam di shelter 3 dengan kondisi tubuh yang sudah melemah, ditambah lagi dengan medan yang berat. Pasti berakibat fatal. Jam menunjukkan pukul 05.00 di tanggal 9 april 2015. Kami berhenti sebentar di shelter 3.

Shelter 3 - Tugu Yudha ( 45 menit)
Di shelter 3 ini sangat luas dan lapang, biasanya para pendaki umumnya mendirikan tenda di tempat ini. Karena disini banyak terdapat sumber air dan dekat dengan puncak. Shelter 3 ini merupakan batas vegetasi tanaman. Karena jalur menuju puncak sudah didominasi oleh pasir yang berkerikil dan batuan cadas. Setelah 45 menit berjalan, sampai di tugu Yudha. Matahari sudah menampakkan kilau sinarnya. Kami berhenti sejenak, untuk menikmati sapuan hangat sinar matahari. Tak lupa mengabadikan beberapa foto disini. Jika beruntung dan cuaca lagi cerah - cerahnya. Kita bisa melihat di samping kanan jalur pendaki atau ke arah timur, Danau Tujuh Gunung. 


Danau Tujuh Gunung yang Berselimut Awan


Sunrise di Tugu Yudha

Tugu Yudha

Tugu Yudha merupakan semuah tugu yang dibuat sebagai memorial seorang pendaki yang meninggal karena memaksakan diri menuju puncak Kerinci saat cuaca lagi buruk dan badai. Pendaki tersebut bernama Yudha. Yang jasadnya juga menghilang dan belum pernah ditemukan. Setelah beristirahat disini, kami melanjutkan perjalanan ke Puncak Indrapura, Sang puncak Gunung Kerinci. Tepat pukul 06.20 kami bertiga sampai. Kedua teman saya yang dari Jambi tidak ikut ke Puncak karena mereka sudah lebih dari 3 kali kesini. Puji syukur saya panjatkan karena bisa menginjakkan kaki dan diberi kesempatan berdiri mencumbu Puncak Gunung tertinggi di Sumatera, Pulau dengan seribu bukit. Perjuangan saya melawan rasa sakit pada kaki terbayar melihat hamparan awan.


Sujud Syukur sudah diberi Kesempatan berdiri di Puncak Kerinci 3805 mdpl

View dari Puncak Kerinci

Tak lupa saya memberi pesan kepada teman - teman pendaki lainnya dengan sebuah tulisan seperti ini :


Biar lebih kekinian, pose antimainstream di puncak Kerinci, meskipun kaki ga bisa lurus karena masih sakit. Kapan lagi bisa pose kayak gini di puncak Kerinci.

Yoga Headstand di atas Lautan Awan Puncak Kerinci

Belerang dari kawah sudah naik, maka kami putuskan untuk turun. Perjalanan turun lebih susah, karena kontur medan yang terjal, berbatu dan berpasir, membuat kami lebih berhati - hati saat turun. setelah sejam turun, tiba di shelter 3. Kemudian kami lanjutkan perjalanan ke shelter 2. Ternyata jalur yang kami lewati waktu gelap sangat terjal, dan sangat susah untuk turunnya. Kami harus bergelantungan lagi pada akar - akar pohon.

Jalur dari shelter 2 ke Shelter 3

Setelah sejam lebih kami menuruni jalur ke shelter 2, pukul  9.30. Selanjutnya kami masak makanan sebagai ganti tenaga yang dipakai sewaktu ke puncak, serta sebagai tenaga persiapan untuk turun. Setelah makan dan packing kembali peralatan ke keril, jam menunjukkan pukul 12.30. Hujan kembali turun. Perjalanan turun diiringi hujan lagi. Jalur yang terjal serta licin membuat kita harus lebih berhati - hati. Sering kali diantara kami jatuh karena terpeleset. Dengan langkah yang sempoyongan dan stamina yang sudah menurun. Kami lanjutkan perjalanan sampai ke Pintu Rimba. Tepat pukul 4.45 menit saya keluar dari Pintu Rimba. Sewaktu keluar dari Pintu Rimba, ternyata cuaca cerah di kaki gunung. Alhamdulillah, perjalanan panjang ke Puncak Indrapura dapat kami tempuh selama 2 hari semalam. Ini adalah perjalanan pendakian tercepat saya, karena saat perjalanan sebelumnya yaitu Rinjani saya butuh waktu 4 hari 3 malam, ke Semeru 3 hari 2 malam untuk naik dan turun. Banyak pelajaran yang dapat saya ambil saat pendakian ini;
1. Strategi dan planning itu tidak cukup satu, harus ada strategi dan planning cadangan, karena yang akan dihapai adalah Alam. Tentu saja kita harus memperhatikan segala kondisi alam dan tentunya kondisi tubuh.
2. Manusia memang memiliki batas kemampuan, tapi selama kita tidak memaksa keluar dari batas kemampuan itu, kita tidak akan pernah melampauinya dan jika kita bisa melampauinya, batasan kita akan naik lagi.
3. Sejujurnya saya tipekal pendaki atau pejalan yang selalu menghindari musim hujan saat melakukan pendakian. Disamping cidera yang mudah kambuh, jalur dan medan akan bertambah berat dan menyulitkan untuk melangkah dan lebih memakan banyak energi dan tenaga. Tapi saat mendaki kerinci, saya dihadapkan cuaca yang gampang berubah-ubah, karena bulan memasuki musim pancaroba. Sebentar panas, tiba - tiba berkabut gelap, kemudian turun hujan. Panas lagi. Sungguh sangat sulit diprediksi cuaca pada musim pancaroba apalagi di gunung. Tapi saya percaya bahwa "Seorang Pilot yang handal itu telah melakukan penerbangan puluhan ribu jam dengan berbagai macam cuaca, Nahkoda yang tangguh itu  pasti telah melewati luasnya samudra dengan menembus badai dan hujan. Begitu juga pendaki. Untuk menjadi pendahwa aki hebat itu harus melewati berbagai macam jalur pendakian serta berbagai macam kondisi cuaca. Dan badai, selalu menyisahkan  Pohon Yang Tangguh dan Kuat". Bukan untuk menjadi kuat atau merasa kuat, tapi lebih kearah keteguhan. Mata yang bersinar dan badan yang tegap saat melangkah. Begituh jalan yang dipilih pendaki.

Saya juga akan memberikan info dan tips kepada teman - teman yang akan melakukan pendakian ke Kerinci

Transportasi
- Gunung Kerinci terletak di desa Kersik Tuo Kayu Aro Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Pada umumnya jika ingin berkunjung kesana, memilih penerbangan dengan tujuan Bandara Minangkabau Padang, kemudian melanjutkan perjalanan darat selama 6 jam menuju Desa Kersik Tuo. Anda juga dapat memilih penerbangan ke Jambi tapi perjalanan darat lebih lama yaitu sekitar 9-10 jam.
- Jika anda memilih dari kota padang, anda bisa memesan jasa travel untuk menjemput di bandara serta mengantar ke camp Kerinci di Desa Kersik Tuo. Anda bisa menggunakan jasa travel safa marwa di kota padang dengan nomer telepon 085272241684. Anda juga bisa memesan untuk menjemput dan mengantar ke bandara padang kembali. Karena Travel ini memiliki duo Pemberhentian yaitu di Padang dan Sungai Penuh.

saran dan Info semoga bermanfaat :
1. waktu yang tepat melakukan pendakian ke Gunung Kerinci adalah saat musim kemarau, sekitar bulan juni - oktober. Karena pada bulan ini, matahari tepat berada di atas khatulistiwa sehingga sinar matahari bisa menyinari rimbunnya dan lembabnya hutan di jalur pendakian, sehingga jalur lebih padat dan tidak becek.
2. Banyak sekali terdapat sumber air di jalur Pendakian Gunung Kerinci. Tapi sedikit tips dari saya, jika mengambil air jangan sendirian, usahakan ada temen yang menemani sebagai antisipasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
3. Vegetasi alam hutan di jalur pendakian masih lebat, jika berjalan berkelompok usahakan jarak antara pendaki yang satu dengan yang lain bisa terlihat oleh mata. Jangan sampai cuma bisa mendengar suaranya aja.
4. Jika bermalam usahakan minimal di shelter 1 ke atas guna mencegah serangan hewan buas yang masih sering berkeliaran di Gunung Kerinci.
5. Begitu juga saat turun. Usahakan, minimal jam 17.00 sudah keluar dari pintu rimba, karena jalur dari Pintu Rimba - Pos 3 masih sering dilewati hewan buas yang keluar di atas jam tersebut.
6. Bukan hanya di Laut, di danau atau di gunung, tetap jaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Saya menemukan banyak sekali kantong sampah yang telah disediakan oleh pihak Taman Nasional Kerinci Seblat di berbagai titik. Tagapi masih saja saya temukan sampah yang berserakan dimana - mana. Tingkat kesadaran akan kebersihan memang masih jadi tantangan dalam pengelolaan wisata di Indonesia. jadi sebagai pendaki mohon jaga kebersihan dan sayangi alam.
7. Selalu berdoa supaya tetap dilindungi dan dijaga oleh Tuhan.

Selamat mendaki kawan



Monday, February 9, 2015

TAKENGON

 TAKENGON
Diantara Keindahan Danau Laut Tawar dan Surga Bagi Penikmat Kopi
(Between The Beauty of Lake Laut Tawar and Heaven For Coffee Lovers)

          Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam bener - bener diberkahi oleh Tuhan. Tidak hanya memiliki keindahan alam baharinya saja, propinsi paling barat Indonesia ini juga memiliki keindahan alam di daerah dataran tingginya, salah satunya yaitu Takengon. Takengon adalah sebuah daerah di Aceh Tengah. Yang merupakan ibukota dari daerah ini. Topografi daerahnya yang berbukit dan berada di pegunungan, menghasilkan potensi alam yang sangat indah. Dan patut dikembangkan untuk daerah wisata. Objek wisata yang terkenal di Takengon yaitu Danau Laut Tawar. Selain memiliki alam yang indah, Takengon juga memiliki tanah yang subur. Tak jarang hasil bumi dari daerah ini seperti sayuran dan buah-buahan dikirim ke daerah Aceh yang lain.  Bagi penikmat dan pecinta kopi, Kopi Gayo (sebutan nama kopi di Takengon) pasti sudah tak asing lagi namanya. Bahkan kenikmatan kopi di Takengon ini sudah mendunia. Tak jarang banyak wisatawan ke sini tak  hanya menikmati keindahan alamnya saja, tetapi juga untuk sekedar membeli kopi sebagai oleh - oleh.
              (Nanggroe Aceh Darussalam surely blessed by God. This Province Not only have beauty natures of maritime, the most western province of Indonesia's, also have beauty natures of high land, one of them is Takengon. Takengon is a city in Central of Aceh. This city is capitaly of region. Region topoghrapy is hilly and cover by mountain so this region has very beautiful nature potential. And should be developed for tourist area. Famous tourist spot at Takengon is Laut Tawar Lake. Besides has beautiful nature, Takengon also has fertile soil. Not rare agriculture products this region look like vegetables and fruits delivered to another Aceh region. For Coffe lover, Gayo coffe (designation coffe in Takengon) would have been familiar. Even the coffe enjoyment at Takengon is already global. Not rare many tourism go here not only enjoy beautiful nature, but also for buy coffe to souvenir.)
          
           Keindahan alam kota Takengon ini tak lepas dari keindahan panorama Danau Laut Tawar. Danau Laut Tawar ini berada di sisi barat dari kota Takengon, tepatnya berada di dataran tinggi Gayo. Danau ini merupakan danau terluas di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Berbeda dengan kebanyakan warga Aceh yang lain, penduduk disini  merupakan suku Gayo. Yang memiliki bahasa berbeda dengan bahasa Aceh lainnya. Pasti sudah tau keanggunan tari Saman dari Aceh kan. Sangking populernya tari ini sangat melegenda dan sering ditampilkan dalam festival budaya bukan hanya di Nusantara tetapi sampai tingkat dunia. Ya, tari Saman sebenarnya berasal dari Aceh Tengah, Dataran Tinggi Gayo.
             (The nature beauty of Takengon City not separare from panoramic beaty Laut Tawar Lake. Location this lake at west side from this city at Gayo Highland. This lake is The Largest at Nangroe Aceh Darussalam. The people in here is different from other Aceh people. Surely the beutiful Saman dance from Aceh. This dance is so popular legendary and often showed in culture festival not only in the archipelago but only word level. This dance come from Center Aceh, Gayo highland)


Panorama Danau Laut Tawar dari atas Bukit 
(Panoramic Laut Tawar Lake from upside hill)

Cobalah berkeliling mengitari danau, maka akan disuguhi dengan panorama alam yang sangat memanjakan mata. Setiap sudut dari danau ini memiliki keindahan yang luar biasa. Recomended bagi mereka yang ingin melepaskan penat dan dari kebisingan kota.
(let's try to woulk around this lake, you will showed in with amazing nature panoramic. Every side this lake have amazing beautiful view. This location very recomended for your which want refresh and avoid the city crowded)

Panorama Danau Laut Tawar
(Laut Tawar Lake Panoramic)

Sepanjang perjalanan selama berkleliling danau ini, kita akan menjumpai kebun kopi. Kopi tumbuh dengan subur dan sehat disini. Kualitas kopinya juga sangat baik, karena selain tanahnya di sepanjang danau ini subur, iklim dan suhunya sangat cocok untuk tanaman kopi.
(As long walk arround this lake, we will see coffe plantation. Coffe is grown fertilize and healthy in here. Coffe quality also well, because in addition to the land in as long this lake is fertile, the climate and the temperature is very well for coffe plantation)

Kebun kopi 
(Coffe Plantation)

Setelah selesai mengitari danau ini, cobalah menikmati keasrian dan keindahan kota Takengon ini. Tepat di pusat kota, terdapat sebuah masjid yang megah dan indah. Masjid Ruhamah, yang merupakan masjid raya di Takengon ini. Sama seperti kota di atas bukit lainnya, Kota ini memiliki hawa yang sejuk dan kualitas udaranya juga masih baik.
(after finish journey arround this lake, let's to try enjoy nature and beautiful this town. At center of this town, there is a big and beautifull mosque. This name Masjid Ruhamah. This mosque is The big mosque in Takengon. Look like another city in upside hill, this town have cool weather and air quality in this town is well)


Masjid Ruhamah  Takengon
(Ruhamah Mosque)

Di sepanjang kota kita akan menjumpai banyak sekali kedai yang menjual kopi. Bagi pecinta kopi, disinilah surganya. Cara penjual kopi ini memasak dan menyajikan kopi sungguh pemandangan yang atraktif. Seperti melihat barista-barista profesional)
(As long side town, we will see many caffe. For coffe lover, in here them paradise's. Them style's for prepare and dispense of coffe really attractive, look like profesional barista's)

Penjual Kopi
(barista coffe)

Transportasi (Transportation)
Untuk menuju ke Kota ini, banyak sekali jalurnya;
(for go to this town, many way to arrive there);
1. Dari Banda Aceh (From Banda Aceh)
Dari Banda Aceh, naik dari terminal bus ke Takengon ( Putra Pelangi atau lainnya). Dari banda Aceh akan memakan waktu 7-8 jam perjalanan 
(from Banda Aceh, by bus at Bus station to Takengon ( by Putra Pelangi bus or another). From Banda Aceh will spend time about 7 - 8 hours.)
2. Dari Medan (from Medan)
Dari Medan, cari pool bus Putra Pelangi arah ke Takengon, lama perjalanan yaitu 12 jam.
(From Medan, looking for Putra Pelangi bus station, and choose bus to Takengon. From this will spend about 12 hours)
3. Dari Lhokseumawe (from Lhokseumawe)
Dari Lhokseumawe, naik bus mini ke arah Takengon. Lama perjalanan sekitar 4 jam.
(from Lhokseumawe, by mini bus to Takengon. from this will spend about 4 hours)

Penginapan (guest house)
Hotel Bunda, Hotel Triarga, Hotel Mahara, Hotel Grand Penamas. Tarif juga bervariasi antara 200 - 500 ribu permalam. (Tarif per night also variation, about 200 - 500 hundred ruphias)

Tips
Jika pergi ke kota ini, usahakan baju tebal atau jaket. Karena daerah ini dingin, apalagi malam hari. 
(if you trip to this town, wearing jacket because temperature in this region is cold, eventhough at night)
Peraturi peraturan dan syariat yang berlaku
(Obedient adjustment and region law)

Tidak akan menyesal dan kecewa jika berkunjung ke kota di Aceh Tengah ini. 
(You won't regret and dissapointed if you travel to town in Center Aceh.) 

VISIT ACEH, VISIT INDONESIA
INDONESIA DANGEROUSLY BEAUTIFUL



Thursday, January 29, 2015

Ayo Singgah ke Rumah Cut Meutia

Ayo Singgah ke Rumah Cut Meutia

              Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Itu sedikit ungkapan yang sering kita dengar. Untuk itu, jika ada waktu luang atau liburan, cobalah kunjungi museum atau bangunan sejarah. Untuk menambah rasa cinta kita terhadap tanah air.
               Sebagai bentuk program VISIT ACEH 2015, Pemerintahan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sering sekali mempromosikan keindahan alamnya. Namun belum mengeksplorasi bangunan bersejarah lainnya. Sebagai contoh adalah Rumah Cut Meutia. Bangunan sejarah ini sebenarnya mempunyai potensi untuk dikembangkan, namun kurangnya perhatian pemerintah dalam hal akses dan akomodasi ke tempat ini.
              Cut Nyak Meutia atau dikenal dengan Cut Meutia adalah pahlawan wanita dari Aceh yang terkenal selain Cut Nyak Dien. Cut Meutia selama 20 tahun telah  memimpin perjuangan melawan penjajahan Belanda di wilayah Aceh Utara. Dari rumah nya inilah beliau aktif dalam memimpin dan mengatur strategi peperangan melawan Belanda itu.

Rumah Cut Meutia

Sama seperti Rumoh (sebutan untuk rumah adat) Aceh yang lainnya, Rumah Cut meutia yang sekarang dijadikan museum, rumah ini memiliki 16 tiang penyangga. Bagi masyarakat Aceh membangun rumah bukan sekedar sebagai hunian saja, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan. Pengaruh keyakinan masyarakat Aceh terhadap arsitektur bangunan rumahnya dapat dilihat pada orientasi rumah yang selalu berbentuk memanjang dari timur ke barat, yaitu bagian depan menghadap ke timur dan sisi dalam atau belakang yang sakral berada di barat. Arah Barat mencerminkan upaya masyarakat Aceh untuk membangun garis imajiner dengan Ka’bah yang berada di Mekkah.

Bagian dalam rumah

              Selain bangunan rumah, di lokasi ini kita juga bisa melihat beberapa benda tradisional dan bangunan masyarakat aceh

1. Kroeng 
Kroeng dalam bahasa Indonesianya karung adalahtempat untuk menyimpan padi). Berjumlah tiga buah dan berada di halaman rumah.
Krueng (karung)
2. Jeungki
Pada jaman dahulu, sebelum ada mesin penggiling padi, masyarakat aceh menggunakan Jeungki sebagai alat penumbuk padi
Jeungki
3. Balai 
Balai ini berukuran kurang lebih 3 x 4 m. Bangunan ini biasanya dipergunakan untuk tempat berkumpul, ajang silaturahmi, dan tempat bersantai bagi masyarakat aceh.
Balai
4. Monumen Cut Meutia
Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangannya melawan belanda, yang pada akhirnya Cut Meutia gugur bersama pasukannya pada tanggal 24 Oktober 1910. Di area rumah ini dibangun monumen perjuangan.
Monumen Cut Meutia
 

Lokasi dan Transportasi
            Rumah Cut Meutia ini berada di Desa Mesjid Pirak, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Rumah Cut Meutia dapat ditemui 3 km dari desa Matangkuli, Kecamatan Matangkuli. Rumah Adat Cut Meutia ini dibangun kembali dan di beri pagari atau di beri pagar oleh Pemerintah Aceh sebagai bentuk penghormatan terhadap pahlawan Wanita Nasional dari Aceh ini.
       Untuk menuju ke lokasi rumah Cut Meutia ini, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi. Desa matangkuli ini terletak kurang lebih sekitar 33 kilo meter dari kota Lhokseumawe. Kurang lebih memakan waktu 1-1,5 jam dari kota lhokseumawe.
          Setelah anda sampai di desa matangkuli, anda bisa meneruskan perjalanan anda kurang lebih sekitar 3 kilo meter lagi dari desa matangkuli ini untuk menemukan lokasi dari rumah adat Pahlawan wanita Nasional yang berasal dari Aceh ini. Jangan khawatir, perjalanan anda ke lokasi ini tidak akan sia-sia karena keindahan alam dan suasana pedesaan ditambah lagi dengan area persawahan di daerah Matangkuli tidak akan membuat anda bosan.

Tips:
1. Menyewa mobil rental atau supir penduduk lokal, karena kurangnya perhatian pemerintah mengenai akses jalan menuju kesana. Tidak ada jalan penunjuk arah untuk menuju kesana yang lumayan masuk ke perkampungan warga.
2. Bagi wisatawan diharap membawa makan sendiri, karena disana hanya ada kurang dari 5 warung yang hanya menjual makanan ringan saja. Dan jangan lupa membawa plastik untuk membuang sampah sisa makanan untuk menjaga kebersihan. Kebersihan menjadi permasalahan utama bagi dinas pariwisata di Aceh, karena masyarakat Aceh kurang sadar akan kebersihan dan pentingnya kebersihan tempat wisata. Aceh punya alam dan keaneka ragaman budaya yang khas, tapi percuma kan kalau masyarakatnya tidak bisa menjaga.
Bagaimana? Yuk berkunjung ke Aceh, dan jika ke Lhokseumawe, jangan lewatkan tempat ini dari daftar liburan anda. Dan dukung Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam mensukseskan program wisatanya yang bertajuk "VISIT ACEH 2015".